banner ads banner ads banner ads banner ads banner ads

Korban Piala Dunia Afrika Selatan 2010

Saturday, April 3, 2010

Tiupan angin mengangkat butiran-butiran pasir menuju anak-anak. Seorang remaja bahkan beradu dengan lalat dan mencium busuknya bau toilet hanya untuk mengambil air dari hidran. Dia menatap dengan tatapan kosong ke arah padatnya barisan gubuk-gubuk kumuh yang dipagari sebuah pagar tinggi. Bahkan, tumbuhan atau rumput sepertinya enggan tumbuh di tanah berpasir itu.

anak-anak bermain bola - foto oleh Gareth Kingdon (www.guardian.co.uk)

Ini adalah daerah Tin Can Town, atau Blikkiesdorp, yang digambarkan oleh walikota Cape Town sebagai sebuah ‘Daerah Relokasi Sementara’ (Temporary Relocation Area), namun menurut para penghuninya disebut sebagai pemusatan pengungsi. Kebanyakan penghuni mengatakan bahwa mereka di ‘pindahkan’ secara paksa dari rumah lama mereka. Dan atas hal ini, mereka menyalahkan Piala Dunia 2010 yang berlangsung di negaranya.

“ini adalah sebuah tempat yang kumuh,” kata Jane Roberts yang tinggal di kawasan M49. “Mereka ‘menculik’ dari jalan karena mereka (pemerintah) tidak mau melihat orang-orang jalanan tersebut berada di kota selama pergelaran Piala Dunia AFSEL 2010. Mereka sekarang tinggal di pusat pengungsian.”

Robert, 54 tahun, menambahkan, “Seperti setan mengacak-acak tempat ini. Kami seperti kehilangan kebebasan. Para polisi datang pada malam hari dan ‘menculik’ orang dewasa maupun anak-anak. Afrika Selatan tidak memperlihatkan kepada dunia apa yang dia lakukan kepada rakyatnya. Negara ini hanya menunjukan dan menggembar-gemborkan Piala Dunia.”

Sebagai gambaranya, tenda-tenda pengungsian di Tin Can Town dibuat sangat sempit dengan sebuah kamar untuk individu, walaupun beberapa penghuninya mungkin memperlebar huniannya dengan menambahkan kebun kecil dan tambahan ruang penyimpanan lainnya dengan batas kawat berduri. Diatas hunian mereka terdapat tiang listrik dan kabel-kabel untuk suplai kebutuhan listrik. Namun, tidak ada paving terpasang untuk lantai hunian mereka, hanya sampah dan butiran pasir yang terhembus angin saja.

Tidak ada toilet dan kamar mandi yang layak untuk mereka. Selain itu, tidak adanya sistem sanitasi membuat air mudah sekali masuk ke rumah hunian, meresap ke lantai pasir. Toiletnya benar-benar mengerikan, sempit dan jika anda mencoba memakainya maka lutut anda akan menyetuh pintu toilet. Beberapa atapnya sudah rusak, walaupun sudah dijanjikan akan diperbaiki.

Andile Mnxitama, seorang pengamat politik dan kolumnis, sedang menerbitkan sebuah pamflet berjudul, “Fuck the World Cup”.

Dia mengatakan: “kami tidak pernah menginginkan Piala Dunia. Ini hanya ajang jambore para politisi untuk menjauhkan perhatian masyarakat dari 16 tahun demokrasi yang tidak pernah berpihak pada kaum mayoritas kulit hitam di negeri ini. Kami terjebak dalam arena gajah putih.”

Dia menambahkan: Piala Dunia bukan mengenai sepak bola ataupun juga pariwisata. Ini mengenai harapan para politisi agar tetap menerima aliran uang yang berlimpah dari Piala Dunia untuk mereka sendiri dan teman-temannya.”

sumber:
diadaptasi dan ditranslete dari www.guardian.co.uk (diambil tanggal 03 April 2010)




Baca Artikel Menarik Lainnya



Bisnis Online



0 comments:

Bagaimana Pendapat Kamu?


Tulis Komentar Kamu disini dengan sopan dan bukan spam tentunya. Kamu bisa Log in ke akun kamu untuk berkomentar, atau Kamu bisa berkomentar sebagai tamu dengan mengisi Nama dan URL atau boleh juga tanpa Identitas (anonymous).

Thanks for visiting my blog :)

Baca-Baca Lagi Yuuk

Artikel Terpopuler

Random Template

Tips Facebook

Berita Sepak Bola

Unik

Download Dari Azys Media

Recent News

Tips Azys Media

  © Blogger templates Newspaper by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP